Angkor
Wat (bahasa Khmer: អង្គរវត្ត) adalah sebuah kuil atau candi yang
terletak di kota Angkor, Kamboja. Angkor Wat terletak 55 kilometres (34
mi) di utara kota modern Siem Reap, dan bergeser ke timur dari bekas ibu
kota sebelumnya yang berpusat di candi Baphuon. Candi ini berada di
kawasan kelompok percandian terpenting di Kamboja, juga menjadi candi
paling selatan dari kelompok candi di kota Angkor. Angkor Wat adalah
salah satu dari banyak candi yang ada di kawasan Yasodharapura sebuah
kawasan peninggalan sejarah di wilayah Siem Reap. Menurut catatan
sejarah, kompleks candi-candi tersebut dibangun antara abad ke-6 sampai
ke-13.
Bangunan
terdiri dari lima menara tinggi menjulang dengan candi-candi kecil di
sekitarnya. Angkor Wat terletak di dataran Angkor yang juga dipenuhi
bangunan kuil yang indah, tetapi Angkor Wat merupakan kuil yang paling
terkenal di dataran Angkor. Pada awalnya tidak ada yang menyangka jika
di dalam hutan belantara yang terasing ternyata terdapat sebuah bangunan
megah dan bersejarah.
Kuil
satu ini memang tampak berbeda. Bentuknya sekilas mirip piramid yang
sangat besar. Maklum, lokasi kuil ini memang sangat luas. Di sepanjang
jalan lintasan yang mengarah pada pintu masuk terdapat pagar yang
berbentuk ular raksasa. Ini diyakini sebagai lambang kesuburan. Kuil ini
terdiri atas sebuah bangunan tinggi dan sejumlah bangunan kecil di
sekitarnya. Bangunan ini tersusun dalam serangkaian yang terdiri dari
tiga lantai dan ada lima menara di atasnya. Di sekeliling bangunan itu
terdapat ukiran-ukiran indah di atas batu. Bahkan, pada dinding ada pula
ukiran yang melukiskan mitologi Hindu.
Angkor
Wat melambangkan ciri keagamaan Hindu dengan menara utama yang
melambangkan Gunung Meru, pusat seluruh kegiatan menurut hinduisme.
Halaman dikelilingi dinding dan terusan yang berfungsi bukan saja
sebagai penghadang, tetapi juga sebagai lambang Gunung Meru yang
dikelilingi oleh banjaran dan lautan, sebagaimana digambarkan oleh
kepercayaan Hindu. Terdapat sebuah parit dan dinding yang dilukis indah
mengelilingi lima kuil utama.
Jalan
masuk utama memiliki panjang setengah kilometer. Gerbang memiliki
lambang jembatan pelangi yang dalam kepercayaan Hindu diartikan sebagai
hubungan di antara alam gaib dengan nyata, atau antara alam dewa dengan
manusia. Di sepanjang dinding bangunan pertama terdapat banyak relief
yang antara lain menggambarkan Raja Suryavarman II menjadi raja,
kemudian relief tentang pasukan Khmer, relief tentang surga dan negara,
dan banyak lagi. Patung Dewa Wisnu dengan delapan tangan menghiasi salah
satu ruangan di bangunan pertama dari Angkor Wat.
Nama
modern Angkor Wat, berarti "Kuil Kota"; Angkor adalah bentuk perubahan
dari kata នគរ nokor yang berasal dari kata नगर nagara dalam bahasa
Sanskerta yang berarti ibu kota atau negara. wat adalah istilah dalam
bahasa Khmer untuk kuil atau candi. Sebelumnya nama asli candi ini
adalah Preah Pisnulok atau Vishnuloka (tempat dewa Wisnu bersemayam),
berdasarkan nama anumerta raja pembangunnya, Suryawarman II.
Kuil
ini dibangun oleh Raja Suryawarman II pada pertengahan abad ke-12.
Pembangunan kuil Angkor Wat memakan waktu selama 30 tahun. Raja
Suryawarman II memerintahkan pembangunan Angkor Wat menurut kepercayaan
Hindu yang meletakkan gunung Meru sebagai pusat dunia dan merupakan
tempat tinggal dewa-dewi Hindu, dengan itu menara tengah Angkor Wat
adalah menara tertinggi dan merupakan menara utama dalam kompleks
bangunan Angkor Wat.
Sebagaimana
mitologi gunung Meru, kawasan kuil Angkor Wat dikelilingi oleh dinding
dan terusan yang mewakili lautan dan gunung yang mengelilingi dunia.
Jalan masuk utama ke Angkor Wat yang sepanjang setengah kilometer
dihiasi pagar susur pegangan tangan dan diapit oleh danau buatan manusia
yang disebut sebagai Baray. Jalan masuk ke kuil Angkor Wat melalui
pintu gerbang, mewakili jembatan pelangi yang menghubungkan antara alam
dunia dengan alam dewa-dewa.
Sejarah Pembangunan Angkor Wat.
Rupanya,
Angkor adalah ibu kota Kerajaan Khmer sejak kota itu berdiri pada 880
Masehi hingga 1225. Sejarah Angkor Wat bermula sejak berdirinya Kerajaan
Funan. Kerajaan ini dibentuk oleh seorang warga India. Dalam kurun
waktu ratusan tahun kemudian, kerajaan yang menguasai Angkor Wat silih
berganti. Sepanjang waktu itu, keinginan untuk memperluas kuil terus
berlanjut. Banyak kuil yang dibangun. Namun, kuil yang paling terkenal
tetap Angkor Wat yang juga merupakan persembahan untuk dewa Hindu,
Wisnu.
Raja Suryawarman II, pembangun Angkor Wat.
Rintisan
rancangan dan pembangunan candi dimulai pada paruh pertama abad ke-12
Masehi, pada masa pemerintahan raja Suryawarman II (memerintah pada 1113
– sekitar 1150). Dipersembahkan untuk memuliakan Wisnu, candi ini
dibangun sebagai candi agung negara milik raja sekaligus sebagai ibu
kota. Karena prasasti yang menyebutkan pembangunannya belum ditemukan,
maka nama asli candi ini tidak diketahui.
Ditafsirkan
candi ini mungkin aslinya disebut sebagai "Preah Pisnu-lok" (Bahasa
Khmer Kuno, serapan dari bahasa Sanskerta: "Vara Vishnu-loka") secara
harfiah bermakna "Kawasan Suci Wisnu", berdasarkan dewa utama yang
dimuliakan di candi ini. Proyek pembangunan sepertinya dihentikan segera
setelah kematian raja, menyisakan beberapa relief rendah yang belum
rampung. Pada 1177, kira-kira 27 tahun setelah kematian Suryawarman II,
Angkor diserang oleh bangsa Champa, musuh tradisional bangsa Khmer.
Kemudian
kerajaan Khmer dipulihkan kembali oleh raja baru Jayawarman VII, yang
mendirikan ibu kota baru di Angkor Thom candi kerajaan baru di Bayon,
yang terletak beberapa kilometer di utara Angkor Wat.
Pada
akhir abad ke-13, Angkor Wat perlahan-lahan dialihfungsikan dari candi
Hindu menjadi candi Buddha Theravada, hal ini berlangsung hingga kini.
Angkor Wat agak tidak biasa dibandingkan candi-candi lainnya di Angkor,
meskipun ditelantarkan setelah abad ke-16, Angkor Wat tidak pernah
benar-benar ditinggalkan. Angkor tetap bertahan antara lain salah
satunya karena parit yang mengelilinginya melindungi bangunan candi dari
rongrongan pohon besar hutan rimba.
Sebelum
akhirnya ditemukan, Angkor Wat benar-benar tertutup untuk dunia asing.
Hutan rimba lebat menutupi kawasan yang terletak di pusat Kamboja itu.
Orang Prancis merupakan orang asing pertama yang berhasil mengungkap
keberadaan Angkor. Ini pun gara-gara mereka mendengar cerita dari rakyat
setempat tentang ''kuil yang dibangun oleh dewa-dewa atau raksasa.''
Salah
satu pengunjung Barat perintis yang mengunjungi candi ini antara lain
António da Madalena, seorang biarawan Katolik Portugis yang
mengunjunginya pada tahun 1586 yang menyatakan "sebuah bangunan yang
luar biasa yang tak mungkin digambarkan dengan pena, karena tidak ada
bangunan lain di dunia ini yang menyerupainya. Bangunan ini memiliki
menara dengan hiasan yang sangat halus dan indah yang hanya bisa
diciptakan oleh manusia jenius." Pada pertengahan abad ke-19, candi ini
dikunjungi oleh ilmuwan dan penjelajah Perancis, Henri Mouhot, yang
memperkenalkan situs ini ke dunia Barat melalui catatan perjalanannya,
ia menulis:
Angkor
Wat menjalani pemugaran yang berarti pada abad ke-20, kebanyakan di
antaranya adalah membersihkan jeratan tumbuhan dan tumpukan tanah yang
menutupi bangunan. Proyek pemugaran terputus akibat perang saudara dan
kendali rezim Khmer Merah atas Kamboja pada dasawarsa 1970-an dan
1980-an, akan tetapi kerusakan relatif minim pada periode ini yang
kebanyakan adalah penjarahan dan pencurian serta perusakan pada arca
setelah era Angkor.
Candi
ini merupakan simbol yang kuat dan amat penting bagi negara Kamboja,
sebagai sumber kebanggaan nasional dan menjadi faktor penting bagi
hubungan diplomatik luar negeri antara Kamboja dengan Perancis, Amerika
Serikat, dan Thailand. Penggambaran Angkor Wat dalam bendera nasional
Kamboja telah mulai ditampilkan sejak diperkenalkannya bendera perdana
Kamboja pada 1863.
Akan
tetapi, dari perspektif sejarah dan antarbudaya, Angkor Wat tidak
pernah menjadi lambang kebanggaan nasional yang sesungguhnya sui generis
namun diterapkan dalam proses politik-budaya oleh Kolonial Perancis
yang menampilkan candi ini dalam pameran Kolonial Perancis dan pameran
universal di Paris dan Marseille antara tahun 1889 dan 1937.
Warisan
kesenian yang agung dari Angkor Wat dan monumen Khmer lainnya di
kawasan Angkor telah mendorong Perancis untuk memasukkan Kamboja sebagai
protektorat Perancis pada 11 Agustus 1863 dan menyerang kerajaan Siam
untuk merebut kendali atas kawasan reruntuhan candi ini. Hal ini
mendorong Kamboja untuk merebut kembali kawasan di sudut barat laut yang
di bawah penjajahan Siam sejak tahun 1351 (Manich Jumsai 2001), atau
menurut sumber lain, 1431. Kamboja meraih kemerdekaan dari Perancis pada
9 November 1953 dan sejak saat itu menguasai candi Angkor Wat.
Angkor
Wat berada dalam keadaan yang baik dibandingkan dengan kuil lain di
dataran Angkor disebabkan karena Angkor Wat telah dialihfungsikan
menjadi kuil Buddha dan dipelihara serta digunakan secara terus menerus
ketika agama Buddha menggantikan agama Hindu di Angkor pada abad ke-13.
Kuil Angkor pernah dijajah oleh Siam pada tahun 1431.
Misteri Pembangunan Angkor Wat.
Menjadi
pertanyaan sampai saat ini adalah dari mana dan bagaimana batu-batu
besar tersebut sampai di lokasi dan digunakan untuk membangun candi pada
masa itu. Karena melihat letaknya, akses menuju lokasi bukanlah medan
yang mudah untuk ditempuh.
Namun
studi terbaru yang dilakukan oleh peneliti asal Jepang Estuo Uchida
dari Universita Waseda, Jepang, mengungkapkan bahwa batu-batu tersebut
dapat sampai ke lokasi dengan menggunakan jaringan ratusan kanal. "Kami
menemukan banyak tambang blok batu pasir yang digunakan untuk membangun
Kuil Angkor dan juga rute transportasi dari blok batu pasir tersebut,"
ungkap Uchida.
Arkeolog
memang telah mengetahui bahwa batu yang digunakan untuk membangun kuil
berasal dari tambang yang berada di dasar gunung yang letaknya
berdekatan dengan situs. Namun, mereka masih bertanya-tanya bagaimana
batu tersebut mencapai lokasi situs tersebut.
Terlebih,
menurut peneliti, situs ini memuat lima juta hingga sepuluh juta batu
dengan berat mencapai 1.500 kilogram. Sebelumnya, orang-orang
beranggapan batu-batu tersebut diangkut ke danau Tone Slap melalui
kanal, kemudian mereka mendayungnya dengan melawan arus melalui sungai
lain hingga mencapai lokasi candi.
Untuk
menelusurinya, Uchida bersama timnya mencoba meninjau kawasan tersebut.
Di sana mereka menemukan 50 tambang di sepanjang tanggul di Gunung
Kulen. Mereka juga menjelajahi lokasi dengan menggunakan citra satelit
dan menemukan jaringan dari ratusan kanal sebagai jalan yang
menghubungkan tambang ke situs candi.
Dengan
menggunakan akses jaringan kanal, jarak antara tambang dengan situs
hanya sekitar 37 kilometer, lebih dekat dibanding jarak melalui jalur
sungai sepanjang 90 kilometer. Grid kanal ini menunjukkan bahwa para
nenek moyang kita mengambil jalan pintas ketika membangun candi.
Mungkin
inilah jawaban mengapa para leluhur dapat membangun sebuah kompleks
yang megah hanya dalam beberapa dekade saja. Konon, pembangunan kuil
Angkor Wat memakan waktu selama 30 tahun.
Pada
abad ke-12 Raja Suryavarman II dari Kerajaan Khmer mulai membangun
candi di atas tanah seluas 200 hektar yang terletak di ibukota Angkor
yang saat ini dikenal dengan Kamboja. Kompleks ini dibangun untuk
menghormati Dewa Wisnu. Namun, pada abad ke-14 pemimpin setempat
mengonversinya menjadi sebuah kuil Buddha.
Untuk
mengunjunginya sangat mustahil jika hanya berjalan kaki, karena jarak
antara antara satu candi dengan candi lainnya cukup jauh. Selain sepeda,
ada juga ojek sepeda motor dan sepeda botor becak. Untuk sepeda
disewakan seharga 4 dolar AS/hari, ojek sepeda motor 7 dolar AS/hari.
Di
Angkor Wat dan beberapa candi lainnya) dibagi dalam 3 jenis: 1 hari (20
dolar), 3 hari (40 dolar), dan 1 minggu (60 dolar). Sebetulnya sangat
mustahil mengunjungi kompleks dalam waktu satu hari karena begitu
banyaknya obyek yang harus dikunjungi, yaitu Angkor Wat itu sendiri,
juga Angkor Thom (Bayon), Ta Prohm, Banteay Srei, Elephant Terrace,
Baray Barat, Baray Selatan dan masih banyak lagi candi yang semuanya
berada dalam kompleks Yasodharapura atau lebih dikenal dengan kompleks
Angkor Wat.