Sebuah
gedung gereja berbentuk unik, berdiri tak terawat di salah satu bukit
Magelang, Jawa Pusat. Gereja tersebut bernama sesuai bentuknya, yaitu
Gereja Ayam. Jadi tak usah heran dengan namanya. Dengan paruh merah yang
naik ke atas seperti sedang berkoak, sepertinya ayam raksasa itu bisa
hidup kapan saja. Namun, badan ayam sendiri menunjukkan jati diri
sebagai bangunan gereja.
Tidak
begitu sulit menemukan lokasi Gereja misterius yang familiar disebut
dengan Gereja Ayam ini. Tapi setidaknya perlu bertanya satu-dua kali
sebelum benar-benar menemukan lokasi tempat Gereja Ayam berada. Bangunan
ini terletak di Bukit Rhema, salah satu dari sekian bukit yang berada
di jajaran Borobudur. Tepatnya berada di Dusun Gombong, Desa Kembang
Limus, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.
Menurut
warga sekitar, bangunan itu sudah terbengkalai sejak 1990-an. Tetapi
meski agak kotor, bangunan Gereja misterius ini masih menampakkan
sisa-sisa hiasan ornamen-ornamen yang cantik dan vintage, di dalamnya
ada sebuah ruangan yang luas tanpa sekat seperti tempat untuk melakukan
ibadah selayaknya sebuah gereja, ada juga altar yang sudah tak tampak
seperti altar lagi, sedangkan pada bagian bawahnya, ada banyak ruangan
berukuran 2×1 meter persegi tanpa jendela dan tanpa pintu yang masih
kurang jelas bangunan sekat kamar pada lantai bawah itu berfungsi
sebagai apa. Sayangnya sekarang jalan menuju ruangan bawah tersebut
ditutup dengan semen, entah untuk keperluan rekonstruksi sementara atau
akan ditutup secara permanen.
Banyak
berbagai macam cerita tentang berdirinya gereja misterius ini. Dari
berbagai artikel atau cerita dari penduduk sekitar pun memiliki cerita
yang beragam versi. Ada yang mengatakan bahwa gereja ini adalah gereja
untuk tempat ibadah sebuah sekte tertentu, ada pula versi lain yang
mengatakan bahwa gereja ini adalah bangunan gereja biasa yang lalu
dialihfungsikan sebagai hotel, bahkan ada pula yang mengatakan bangunan
ini sempat digunakan sebagai tempat mesum yang lalu dibakar oleh warga
dan pada saat proses pembakaran ada sekitar 15 pasangan yang ikut
terbakar hidup-hidup.
Namun
dari berbagai versi cerita tersebut ada satu cerita yang banyak
diyakini kebenarannya yaitu cerita tentang seseorang yang bernama Daniel
Alamsjah. Daniel menikah dengan penduduk setempat. Tak lama ia
mendapatkan sebuah ‘visi’ atau penglihatan dari Tuhan yang memerintahkan
dirinya untuk membangun sebuah gereja dengan bentuk merpati di atas
sebuah bukit, yang akan digunakan sebagai tempat penyatuan umat Kristen
di seluruh dunia. Bentuk merpati sendiri diyakini sebagai simbol dari
perwujudan roh kudus.
Berulang
kali Daniel mendapatkan visi tersebut sampai akhirnya ia memutuskan
untuk mengunjungi kediaman ibu mertuanya di kaki bukit Menoreh atau
dusun Gombong. Daniel memiliki perasaan kuat bahwa di bukit inilah ia
harus menjalankan perintah Tuhan yang ia dapat melalui visi yang
didapatkannya. Sadar ia tidak mempunyai cukup dana, Ia banyak berdoa
agar Tuhan membantunya mewujudkan misi ini. Akhirnya pada sekitar tahun
1994 Daniel berhasil membeli tanah di atas bukit tersebut seluas 2,5
hektar dan memulai pembangunan proyek impiannya.
Ada
versi lain juga yang menyebut bahwa pada masa krisis 1998, dikarenakan
krisis ekonomi hebat yang terjadi pada tahun tersebut, Daniel kehilangan
sponsor yang bekerja sama mendanai proyek tersebut hingga ia kehilangan
minat untuk meneruskan pembangunan. Sejak saat itu bangunan gereja itu
terbengkalai hingga saat ini. Cerita tentang Daniel Alamsjah inilah yang
kini banyak diyakini kebenarannya dan digunakan sebagai media promosi
untuk brosur-brosur yang dibagikan di pintu masuk gereja tersebut.
Lokasi
menuju gereja tersebut hanya dapat dicapai dengan jalan kaki melewati
jalan menanjak yang menuju puncak bukit, sementara kendaraan diparkir di
lokasi tak jauh dari lokasi trek menuju gereja. Meski sudah diplester,
area jalan yang menanjak lumayan tinggi cukup membuat ngos-ngosan para
pengunjung. Setiap pengunjung dikenai biaya sebesar 5.000 rupiah untuk
memasuki gedung Gereja Ayam.